Meskipun berbagai macam aliran dalam
silek Minang, namun ada kesamaan konsep dari gerakan silat mereka. Oleh sebab
itu kita dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah
lain di kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah
1. Tagak jo
Langkah (Berdiri dan Langkah)
Ciri khas dari permainan silek
adalah pola berdiri dan langkah. Tagak artinya tegak atau berdiri, dimana
pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak di nan bana), dia
bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan alam dan kehidupan
bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan sebagai tegak alif,
langkah muhammad. Di dalam permainan posisi berdiri adalah pelajaran pertama
diberikan, posisi berdiri seorang pemain silat Minangkabau adalah tagak
runciang (berdiri runcing atau berdiri serong) dan sedapat mungkin posisinya
selalu melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan
ini dahulunya mereka berjalan menentang arus sungai.
Langkah dalam permainan silek
Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya
merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek, balabek, simpia
dan baliak (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum).
Adapun pola langkah yang
dipergunakan ada yang dinamakan
- langkah tigo (langkah tiga)
- langkah ampek (langkah empat)
- langkah sambilan (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)
2. Garak jo Garik (Gerak
dan Gerik)
Di dalam bersilat perlu sekali
memahami garak dan garik. Garak artinya insting, kemampuan membaca sesuatu akan
terjadi, contoh seorang pesilat bisa merasakan ada sesuatu yang akan
membahayakan dirinya. Garik adalah gerakan yang dihasilkan oleh pesilat itu
sebagai antisipasi dari serangan yang datang. Jika kata ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, ia menjadi kurang pas, karena di dalam bahasa
Indonesia, gerak itu adalah gerakan dan gerik adalah kata pelengkap dari
gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa Minangkabau garak (gerak) itu adalah
kemampuan mencium bahaya (insting) dan garik (gerik) adalah gerakan yang
dihasilkan (tindakan).
3. Raso jo Pareso (Rasa
dan Periksa)
- Raso (Rasa) : Raso atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tapi dengan merasakan pijakan rem itu dia dapat berhenti dengan mulus.
- Pareso (Periksa) : Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan, jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat, karena akan silau oleh cahaya matahari.
Jadi antara raso dan pareso itu
jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh
terlalu mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula
berpikir tanpa menggunakan perasaan. Ada pepatah yang mengatakan raso dibao
naiak, pareso dibao turun (Rasa di baik naik ke alam pikiran, periksa dibawa
turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud dari raso jo pareso yang
diungkapkan oleh para guru silek.
4. Tiok Kato Ado Jawek, Tiok Gayung
Ado Sambuiknyo (tiap kata ada jawab, tiap gayung ada sambutnya) Alam fikiran Minangkabau memiliki
konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pepatah yang memiliki
isi kalimat berpasangan, contohnya manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi
(menitik dari atas, membersit dari bumi). Hal yang sama berlaku pada silek,
setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap kuncian ada teknik untuk
melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat yang mahir mampu bersilat
terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja. Mereka baru berhenti
kalau sudah letih atau capek. Hal yang sama juga terjadi pada peniup saluang,
mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai kapan dia mau
berhenti.
Atribut Peguruan
1.Sasaran Silek
(Tempat belajar bersilat)
Sasaran Silek adalah tempat latihan
silat di Minangkabau, sasaran ini mungkin bisa disamakan artinya dengan
padepokan. Tempat latihan ini ada yang sengaja dibuat oleh guru dan para
muridnya atau disediakan oleh sukunya atau kadangkala sasaran ini dimana saja,
seperti di dapur, di bilik, di gudang dan di tempat yang sepi yang jarang
dilewati orang seperti di dangau dan di hutan.
2. Minyak Silek (Minyak silat)
Biasanya di suatu peguruan silek
memiliki minyak yang digunakan untuk keperluan pengobatan pada kasus terkilir
selama latihan dan juga sekaligus simbol dari warisan sah suatu peguruan.
Minyak itu diwarisi secara turun temurun dari generasi dahulu kepada generasi
penerus. Minyak itu dinamakan minyak silek. Peguruan Silek Salimbado Buah
Tarok, suatu sasaran penerus dari Silek asal Bayang Pesisir Selatan masih memelihara
tradisi Minyak Silek ini. Peguruan itu memiliki minyak yang mereka wariskan
semenjak ratusan tahun yang lalu dan minyak ini merupakan simbol dari peguruan
tersebut. Para anak sasian (murid) yang baru masuk ada tradisi mandi minyak
pada peguruan silat itu. Tidak semua peguruan memiliki tradisi ini.
3. Pakaian
Pakaian yang
digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam. Hitam ini sendiri memiliki
makna tahan tapo (tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik
digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat
kotor. Pakaian silek ini pisak-nya sangat rendah sehingga tidak memungkin
pelaku silek menyepak terlalu tinggi, tinggi sepakan paling sampai alat vital
lawan saja.
Tidak semua peguruan yang menuntut
anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh,
Kota Padang malah tidak setuju, dia mengatakan bahwa silek yang dipelahari ini
bukan untuk tarian, ini buat bertempur, jadi pakaian yang paling bagus
dikenakan adalah pakaian yang biasa pakai sehari-hari.
4. Atribut-atribut
lain
Atribut-atribut lain tergantung dari
sasaran sileknya sendiri, ada yang sasaran silek memiliki peralatan musik
tradisional yang lengkap, ada yang tidak. Beberapa sasaran silek memiliki
alat-alat yang dibutuhkan untuk latihan, seperti tongkat, pisau tumpul dan lain
sebagainya, namun ada yang tidak memiliki apa-apa sama sekali. Saat sekarang,
setelah mendapat pembinaan dari IPSI, tiap sasaran telah memiliki nama
sendiri-sendiri, dan memiliki logo sasaran sendiri, namun itu tidak semua, ada
juga sasaran yang tidak memiliki nama dan atribut khusus.
Kurikulum Silat Minangkabau
1. Malangkah
(Belajar Melangkah)
Melangkah adalah pelajaran dasar
dalam silek. Belajar melangkah ini berpasangan, biasanya dimulai dengan teknik
melakukan gerakan membentuk lingkaran, disertai gelek (merobah langkah),
balabek (merobah gerakan tangan), tagak itiak (berdiri seperti itik atau bebek
dengan hanya menggunakan satu kaki), babaliak (balik 180 derjat) dan simpia
(gerangan guntingan pada kaki) . Kebanyakan murid tidak memahami arti pelajaran
ini, sehingga mereka bosan, karena sudah berbulan belajar itu ke itu juga. Jika
melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah maambiak buah (mengambil buah),
karena buah itu baru bagus digunakan jika langkah sudah pas dan benar.
Kebanyakan pada tahap ini murid yang tidak sabar sudah berhenti duluan sebelum
mendapatkan buahnya.
Ada bermacam cara berdiri di dalam
silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk dan ada
sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.
Meskipun tidak pada berlaku semua
sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato atau manto
(mantera) , contohnya
- kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum bapakku langit / alaikum salam ibuku bumi / ijinkan aku melangkah di bumi Allah taala.
- doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri yang bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku / mandi tubuh serta nyawa / mandi ruh, serta insan / aku mandi di dalam kandungan kalimah...
Tidak semua sasaran silek
mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa Arab
yang dikutip dari ayat Alquran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi
Muhammad SAW.
2. Maambiak Buah
(Mengambil Buah)
Maambiak buah ini berkaitan dengan
pelajaran tentang teknik-teknik praktis di dalam bersilat atau buah silat,
seperti tangkok (menangkap), ilak (mengelak), mangguntiang (gerakan
menggunting) piuah (piuh atau pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu
(sapuan), doroang (dorongan), enjo / egang / jujuik (tarik, menarik lawan
dengan tangan), mangabek/mengunci (teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan
dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan
bahkan memakai goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. Sadonyo
anggoto tubuah iduik (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan)
begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan
nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh manusia
dan dimana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke
depan, maka lawan tidak jatuh, tapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh.
Biasanya sasaran serangan silek itu adalah alat vital atau kelamin, rahang,
mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati.
Untuk patah
mematah, targetnya adalah siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh
(pilin/puter) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan
biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian
dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab
itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa
agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodapun sampai
saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini
belajar ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran
dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.
Secara ringkas pelajaran yang bakal
diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki, tangan
dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan dibawah ini:
- Teknik mempergunakan tangan
- cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : target serangannya lobang pada daerah leher
- cotok duo jari (tusukan dua jari) : target serangannya mata
- cakiak (cekik) : target serangannya leher
- kalatiak (Kepret) : gerakan seperti menampar dengan mempergunakan kuku pada ujung jari
- kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
- siku (sikuan) : target serangannya tulang iga lawan
- rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
- doroang (dorong) : mendorong tubuh lawan
- daga : menggunakan bantalan telapak tangan untuk menyerang rahang lawan sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan target serangannya ulu hati lawan
- piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
- sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan anggota tubuh lawan
- pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking target serangannya leher bagian belakang
- patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
- lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
2. Teknik
mempergunakan kaki
- sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
- hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau perutnya
- sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
- dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk huruf
- injak (injak): menginjak kaki lawan
- hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam ujung ibu jari kaki lawan dengan memakai tumit.
3. Teknik dengan
menggunakan bagian tubuh lain
- sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
- gigik (menggigit lawan) : gigitan dimana saja yang didapatkan pada tubuh lawan.
- goyangan pinggul : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain sepakbola untuk menjatuhkan lawannya
4. Teknik
kombinasi
- mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
- mangabek atau mangunci (kuncian) : mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki
- mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik malangkah.
Tujuan dari silek adalah
mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang dikatakan oleh tuo silek,
jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak boleh digunakan di dalam
pertandingan silat, karena berbahaya dan mencelakakan lawan tanding.
Pada tahap ini muridpun diberi
semacam doa atau kato atau manto (mantera) oleh guru, misalnya mantera yang
dipakai untuk menyambut atau untuk menyerang lawan, bisa juga mantera untuk
membuat tubuh kita kelihatan lebih besar dan tinggi, sehingga lawan merasa
takut dan sebagainya. Tiap sasaran silek punya manto atau doa tersendiri. Ada
sasaran silek yang memakai doa yang diambil dari kutipan ayat Alquran, namun
kebanyakan mantra itu berisi campuran antara doa dalam bahasa Arab dan
Minangkabau. Ini menandakan bahwa pengaruh Islam sudah masuk ke dalam aspek
beladiri masyarakat Minangkabau.
3. Maambiak Isi
(Mengambil Isi atau Mengambil Inti)
Bagian maambiak isi (mengambil isi)
atau dikatakan juga maambiak inti (mengambil inti) adalah bagian yang paling
sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek.
Pada sesi ini murid tidak belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih
kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.
- Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus) ,Istilah biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang materi maambiak isi. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.
- Kaji (Materi Pelajaran di Biliak Dalam) ,Materi atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh karena itu, dalam tahap tertentu, membahas materi yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan langsung ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.
Salah satu dari materi pengajian ini
adalah mangaji asa (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal usul
diri. Dalam salah satu sasaran mengatakan bahwa manusia berasal dari Nur yang
dipancarkan dari cahaya ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan
menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat menundukkan
sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi.
Orang yang berbuat keonaran dan
kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan
yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk dibawah kekuatan cahaya
ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan
dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal
dari air. Sekali lagi, air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap
manusia, jadi benda tajam itu tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri
pesilat. Di dalam pengajian ini, segala sesuatu yang datang kepada persilat,
maka dia berupaya mangumbalikan ka asa (mengembalikan sesuatu ke asal
kejadiaannya) semua serangan yangn datang kepada dirinya.
Beginilah bunyi salah satu mantera
agar tidak celaka jika terkena senjata tajam.. “Hai sakalian basi, aku tahu asa
engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa
engkau, aku kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi” (Hai sekalian besi, aku
tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah
engkau ke asal engkau, aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).
Ada banyak lagi aspek-aspek dari
sesi ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam wilayah sangat
sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat,
bahwa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan
perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.
Materi maambiak isi bisa saja tidak
diberikan kepada murid, jika si murid hanya menyukai gerakan fisik saja untuk
olah raga atau beladiri. Adakalanya si murid tidak berminat mengambil materi
ini karena tidak ingin terlalu dalam berfilosofis atau tidak ingin salah cerna
pengetahuan yang diberikan guru yang disebut sebagai tabaliak kaji. Meskipun
sangat jarang terjadi, tabaliak kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan
psikis murid karena bisa menyebabkan gila. Guru silek adakalanya enggan
memberikan materi ini kepada murid dengan alasan belum cukup umur atau akibat
perilaku kurang baik yang diperlihatkan oleh murid selama dalam asuhan guru
silek.
4. Ujian
Secara tradisional guru melihat
tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan dasar silat
seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan
keahlian itu untuk manyambuik (menyambut) serangan, mambaleh (menyerang),
mangunci (mengunci) atau malapehkan kuncian/kabek (melepaskan kuncian) lawan
tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat
lanjutan, siapa yang pintar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan
bisa menggunakan gerakan silat dengan tepat dan benar.
Kemahiran bersilat bisa diukur
dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:
- Bersilat di tempat lapang
- Bersilat di tempat sempit
- Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
- Penguasaan menghadapi serangan memakai senjata tajam dan tongkat
- Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
- Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
- Bersilat dengan harimau (ujian terakhir)
Tuo Silek ada yang meyakini bahwa
silek ini milik inyiak balang (harimau), setiap kali silek ini diadakan jika
memakai gerakan harimau, maka harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat
itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk
menghindari itu, silek dilakukan di tempat yang tertutup. Ujian terakhir
dilakukan dengan bermain silat langsung dengan inyiak balang (harimau). Tapi
keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru, ada pula guru yang mengatakan bahwa
ilmu silat tidak berkeputusan , artinya tidak ada istilah tamat dalam belajar,
keputusan kaji kata beliau ada jika kita belajar ilmu batin.
Sistim sabuk diperkenalkan pada
sasaran silek setelah adanya bimbingan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
kepada guru silat tradisional. Maka semenjak itu dikenal adanya istilah sabuk.
Warna dari sabuk itu sendiri seperti sabuk putih, biru, hijau sampai hitam,
diberikan berdasarkan kemahiran murid pada level tertentu. Silek tradisional
tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid berdasarkan kemahiran murid
di dalam latihan seperti yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi
tangan kanan guru untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.
5. Kaputusan Silek
(Keputusan Silat)
Umumnya sasaran silek itu memiliki
istilah tamat belajar, kecuali seperti yang dikatakan oleh salah satu Tuo Silek
dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru memberikan sesuatu
kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memberikan
semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu hanya berupa
beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasehat saja dari guru.
Ada sasaran silek yang melakukan
badah ayam (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam tersebut
diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau
mau melepaskan gayuang kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada lawan.
Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi kato atau manto (mantera).
Gayuang (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung orang lain atau bagian
dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya
boleh dipakai ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan
hidup.
Namun hal yang pasti dari seseorang
mendapatkan kato kaputusan (kata putus atau tamat) ini adalah dia bisa mengajar
orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru, artinya dia
dianggap resmi sebagai guru baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang
sama dalam jalur waris yang sah.
Posting Komentar