Syarat-syarat berguru ini bervariasi
pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, lado kutu (cabe rawit),
garam, gula, penjahit, cermin, rokok, beras, dan uang. Jumlah uang biasaya
tidak ditentukan. Apa yang dibawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid.
Biasanya diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.
Beberapa contoh dari arti
syarat-syarat yang dibawa itu adalah
- kain putiah (kain putih) : pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
- pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, karena memiliki ilmu setajam pisau.
- lado kutu (cawe rawit), garam dan gulo(gula) : ilmu silat ini memakai raso (rasa), karena semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi, tapi menggunakan raso (perasaan). Contoh pemasak terkenal jarang menimbang bahan-bahan yang mereka butuhkan, tapi tetap juga menghasilkan masakan yang enak dan khas, seperti itu pulalah silat nantinya pada tingkat mahir.
- bareh jo pitih (beras dan uang) : belajar akan menyita waktu guru, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Disamping itu beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota sasaran silek.
- Dll
Proses Penerimaan Murid
Ada bermacam cara dalam menerima
anak sasian (murid), seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid diminta untuk
membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta membawa
seeker ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih oleh guru
dan kemudian darahnya dicecerkan mengelilingi sasaran. Ayam ini kemudian
digulai dan dihidangkan dalam acara mandoa (doa) yang dihadiri oleh guru dan
para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula Urang Siak (sebutan
untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan
selama mengikuti latihan. Biasanya di dalam ritual penerimaan seorang murid, si
murid ini diambil sumpahnya untuk patuh kepada guru dan tidak menggunakan ilmu
yang mereka dapatkan ini untuk berbuat kebenaran. Bahkan bunyi sumpah itu keras
sekali. Inilah potongan bunyi sumpah itu : kaateh indak bapucuak, kabawah indak
baurek, ditangah digirik kumbang (ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak
berurat dan ditengah dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah akan tidak
pernah mendapatkan hidup yang baik selama hidupnya di dunia seperti yang
diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Seperti yang berlaku pada peguruan
beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah seperti
saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahwa saudara
seperguruan itu saasok sakumayan (satu asap satu kemenyan) artinya dia adalah
bagian dari diri kita dan berlaku hukum saling melindungi.
Prosesi ini tidak sama tiap sasaran,
ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, dan tidak ada prosesi
penerimaan murid, tapi kasus ini sangat langka, umumnya selalu ada prosesi
penerimaan murid.
Jadwal Latihan
Guru menetapkan jadwal latihan silat
dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang guru tidak
keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari. Ada sasaran silek yang
membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu dilarang oleh gurunya
karena sang guru meyakini lebih dari jam 12 malam adalah waktunya inyiak balang
(harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi. Tapi ada pula yang malah
sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam sampai jam 4 pagi.
Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.
Pada tingkat lanjutan untuk
mengambil gerakan silek harimau (silat harimau), malah sang guru yang biasanya
suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta muridnya untuk belajar siang hari.
Gerakan dari silat harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru
ajarkan.
Ada sasaran silek yang lebih
"privat". Guru tidak suka punya murid banyak-banyak, paling-paling
muridnya cuma 4 orang saja atau sepasang. Murid tunggal juga diterima, dan ini
langsung bersilat dengan gurunya. Khusus untuk murid tunggal, guru harus
memiliki stamina yang baik, karena harus ikut bermain dengan murid dari awal
sampai akhir.
Para murid biasanya membawa makanan
untuk dimakan bersama, juga rokok, kopi atau teh dan gula saat hari latihan.
Ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya tidak ditentukan, murid
sendirilah yang menentukan berapa nilainya.
Aliran Silek Minangkabau
Ada banyak aliran yang berkembang di
Ranah Minangkabau. Silat yang terkenal adalah Silek Tuo , Silek Buah Tarok dari
Bayang - Pesisir Selatan, Silek Koto Anau, Silek Lintau, Silek Puti Mandi,
Silek Luncua dari Solok, Silek Sitaralak/Terlak/Starlak, Silek Pauah dari Kota
Padang dan bermacam-macam lagi. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit dan
penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang
menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan
bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo
adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang
berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat.
Gerakan silek itu diambil dari
berbagai macam hewan yang ada di Minangkabau, contohnya Silek Harimau dan Silek
Buayo (Buaya).
Jika dilihat dari beberapa gerakan
silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola yang dominan di dalam permainan
mereka, yakni:
- bersilat dengan posisi berdiri tegak
- bersilat dengan posisi rendah
- bersilat dengan posisi merayap di tanah
- bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)
Sedangkan dari teknik berdirinya,
juga pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain
silek lain yang pernah penulis saksikan, yakni salah satu Tuo Silek dari Pauah,
Padang. Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek (agak
berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki langkah anak
(langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan sebelum
melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan tujuan
untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan
dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah
ini, tapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini kepada
muridnya.
Ada pertanyaan yang masih belum terjawab,
yakni apa hubungan antara Silek Tuo dengan Sitaralak, dan apakah aliran silek
yang paling tua dan apa pecahannya.
Posting Komentar