SILAT LANGKAH TIGO
Silat Langkah Tigo ( langkah tiga )
pada asalnya milik Kucieng Siam, Harimau Campo, dan Kambieng Hutan ; yang secara
geografis berasal dari daratan Asia Tenggara. Akan tetapi setelah berada di
Minangkabau disesuaikan dengan kepribadian yang diwarnai pandangan hidup, yaitu
agama Islam.
Di masa itu agama Islam belum lagi
secara murni di amalkan, karena pengaruh kepercayaan lama dan pelbagai filsafat
yang dianut belum terkikis habis dalam diri mereka.
Namun dalam ilmu silat pusaka yang
berbentuk Langkah Tigo dan juga dinamakan Silek Tuo, mulai disempurnakan dengan
mengisikan pengkajian faham dari berbagai aliran Islam.
Memperturunkan ilmu silat tidak
boleh sembarangan. Faham Al Hulul / Wihdatul Wujud memegang peranan, terutama
dalam pengisian kebatinan ( silat batin ). Tarekat ( metode ) pendidikan Al
Hallaj yang diwarnai unsur-unsur filsafat pythagoras yang bersifat mistik
menjadi pegangan bagi guru-guru silat untuk tidak mau menurunkan ilmu silat
kepada sembarangan orang.
Angka 3 sebagai “hakikat” menjadi
rahasia dan harus disimpan. Untuk menjamin kerahasiaannya, maka ilmu silat
tidak pernah dibukukan. Dalam pengalaman dan penelitian yang dilakukan
kenyataan menunjukkan, bahwa amanat ” suatu pengkajian yang bersifat rahasia ”
itu sampai kini masih berlaku bagi orang tua-tua Minangkabau.
kalau sekarang, rahasia itu
dinyatakan dalam berbagai dalih, misalnya :
- akan menimbulkan pertentangan nantinya dengan ajaran yang dianut oleh masyarakat awam.
- akan mendatangkan bahaya sebagai akibat ” Tasaluek dek kaji ” , seperti: gila.
- dan sebagainya.
Langkah Tigo dalam silat Minang,
didalamnya terdapat gerak-gerak yang sempurna untuk menghadapi segala
kemungkinan yang dilakukan lawan. Perhitungan angka tiga disejalankan dengan
wirid dan latihan, inipun tidak semua orang dapat memahami dan mengamalkannya
karena mistik.
Kaifiat atau pelaksanaannya
dilakukan secara konsentrasi sewaktu membuat langkah tigo. setiap langkah
ditekankan pada ” Alif, Dal, Mim “
Tagak Alif, Pitunggue Adam, Langkah
Muhammad
Tegak Allah, Kuda-kuda bagi Adam,
Kelit dari Muhammad, Tangkapan oleh Ali, dan tendangan beserta Malaikat. ( sandi
kunci bergerak ).
SILAT LANGKAH AMPEK
Pembentukan Silat Langkah Ampek oleh
Ninik Datuk Suri Diraja di Pariangan serentak dengan Silat Langkah Tigo. Silat
Langkah Ampek, berasal dari gerak-gerak silat Anjieng Mualim dan pengawasannya
turun temurun juga diserahkan pada Harimau Campo, yang dapat menjelma bila
disalahi membawakannya. Oleh karena si penciptanya telah menyeragamkan bentuk
dan metode serta pengisiannya. maka silat Langkah Ampek pun dimulai dengan
Tagak Alif.
Perbedaannya terletak pada perhitungan angka yaitu 4, sebagai angka
istimewa (ingat mistik Pythagoras). Walaupun bersifat mistik dan sukar dipahami
bagi awam, namun bagi Pesilat sangat diyakini kebenarannya. Sewaktu membuka
Langkah Ampek dilakukan konsentrasi pada Alif, Lam, Lam, Hu.
SILAT LANGKAH SEMBILAN
Perhitungan langkah dalam Silat
Minang yang terakhir adalah sembilan. Dari mana datangnya angka sembilan. Dalam
pengkajian silat dinyatakan sebagai berikut: Langkah 3 + Langkah 4 = langkah 7.
Itu baru perhitungan batang atau tonggaknya. Penambahan 2 langkah adalah :
- Tagak Alif gantung dengan penekanan pada ” Illa Hu ” ini diartikan satu langkah.
- Mim Tasydid dalam kesatuan Allah dan Muhammad, gerak batin yang menentukan, berarti satu langkah.
Menurut faham Al Hulul bahwa apabila
yang Hakikat menyatakan dirinya atau memancarkan sinarnya dalam realitasNya
yang penuh; itulah keindahan.
Pesilat itu adalah seniman dan
seorang seniman adalah orang yang tajam dan tilik pandangannya, yang dapat
melihat keindahan Ilahi dalam dirinya. (Gazalba,IV/1973:527)
Silat Langkah sembilan biasanya
dibawakan sebagai “Pencak” (Minangkabau: Mancak), artinya : Menari. Dalam kata
majemuk “Pencak-Silat” dimaksudkan “Tari Silat”.
Langkah Sembilan memperlihatkan
pengembangan gerak-gerak ritmis, dengan tidak meninggalkan unsur-unsur gerak
silat.
Posting Komentar